Presiden Indonesiaku
Headlines Presidenku :

Latest Post

PERESMIAN MASJID ISTIQLAL OLEH PAK HARTO

Written By PresidenIndonesiaku on Minggu, 12 Mei 2013 | 05.43


Pak Harto Meresmikan Masjid Istiqlal

Sumber : http://soeharto.co/pak-harto-meresmikan-masjid-istiqlal


Pak Harto memiliki perspektif utuh terhadap pembangunan bangsa sebagaimana amanat UUD 1945. Pembangunan yang gencar dilakukan bukan saja pembangunan aspek fisik akan tetapi juga pembangunan mental spiritual. Maka pada era Orde Baru sangat nyaring terdengar jargon “Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya”. Selain pembangunan fisik Pak Harto juga menekankan pembangunan mental spiritual sebagaimana amanat sila pertama Pancasila. Termasuk dalam hal ini memajukan kehidupan ummat beragama di Indonesia. Berikut foto-foto Pak Harto ketika meresmikan masjid Istiqlal pada tanggal 22 Februari 1978:










PRESIDEN SOEHARTO SHOLAT IED DI ISTANA NEGARA




Presiden Soeharto Sholat Ied di Istana Negara

Setelah Masjid Istiqlal diresmikan penggunaannya pada tahun 1978, Presiden Soeharto beserta ummat Islam Ibukota Sholat Ied di Masjid Istiqlal. Sebelumnya, Presiden Soeharto Sholat Ied di halaman Istana Negara sebagaimana pada tahun 1969. Foto-foto berikut menunjukkan suasana sholat Ied di Istana Negara pada tanggal 11 November 1969.


KEJAYAAN PAK HARTO LEBIH BESAR


KEJAYAAN PAK HARTO LEBIH BESAR

Dr. Tun Mahathir Bin Muhamad

Sebelum saya bertemu langsung dengan Presiden Soeharto, saya selalu mengikuti perkembangan dari berbagai kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan beliau. Saya merencanakan apabila nanti diangkat menjadi Perdana Menteri, maka kunjungan luar negeri saya yang pertama kali adalah kepada Presiden Soeharto. Dan itu terjadi setelah saya dilantik menjadi Perdana Menteri malaysia menggantikan Datuk Hussein On pada tahun 1981.
Kunjungan ini sangat berkesan. Saya disambut langsung oleh Presiden Soeharto di lapangan terbang dengan upacara kehormatan. Setelah itu saya satu mobil dengannya menuju kediaman untuk tamu negara di belakang Istana Merdeka. Pak Harto mengantar saya sampai ke kamar dan mengatakan apabila ada kekurangan bisa disampaikan kepada orang yang disiapkan untuk melayani.
Pertemuan ini menorehkan kenangan mendalam. Saya menilai Pak Harto sangat beradab dan mempunyai sifat-sifat baik. Orang Melayu menganut paham yang menghormati tamu. Saya melihat beliau betul-betul menghormati walaupun tamunya tidak memiliki jabatan yang setara, karena Pak Harto adalah seorang Presiden dan saya hanya perdana menteri.
Saya melihat setiap ucapan dan tindakan yang dilakukan Pak Harto benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pemimpin. Walaupun Pak Harto memiliki latar belakang sebagai tentara, ia tidak menunjukkan sikap yang sombong dan kalimat-kalimat yang keras. Bahasanya juga baik sekali.

DUKUNGAN DARI SEMUA PIHAK

Pak Harto adalah seorang yang tenang. Tindakan-tindakan dan keputusannya diambil dengan tenang. Pak Harto memerintah amat bijaksana dengan memahami masalah-masalah yang rumit dari sebuah negara besar dengan jumlah penduduk dua ratus juta orang yang berbeda kultur dan bahasa dan tinggal tersebar di kepulauan.
Pak Harto bisa mengawal keaadan. Tidaklah mudah bagi pemerintah mengawal keadaan sebuah negara yang baru dibentuk, seperti Indonesia yang baru merdeka dijajah Belanda, padahal sebelum itu Indonesia memiliki banyak kerajaan yang kadang-kadang saling bermusuhan. Pak harto juga mewarisi pemerintahan Soekarno yang memiliki banyak masalah pada masa itu —miskin dan tidak memiliki tujuan yang satu—. Namun Pak Harto mempunyai keyakinan dan percaya untuk mempertahankan kesatuan yang telah dibuat Bung Karno dan untuk melaksakannya Pak Harto mendapat dukungan semua pihak dari seluruh kepulauan di Indonesia.
Pak Harto adalah pemimpin yang memahami begitu banyak masalah, sehingga beliau bisa mengatasinya untuk kemudian membangun negara Indonesia dengan baik. Memang ada yang berpendapat bahwa Pemerintahan Pak Harto keras, tapi kami tidak melihat seperti itu, karen tidak mungkin suatu pemerintahan tidak berlaku tegas, dengan membiarkan sama sekali adanya masalah-masalah. Banyak negara yang merdeka pada waktu yang bersamaan, sampai sekarang tidak mengalami kemajuan apa-apa karena adanya civil war, perang saudara. Namun Pak Harto dapat mengawal sehingga Indonesia bisa menjadi sebuah negara yang jaya.
Kita tidak boleh membandingkan Indonesia dengan Malaysia. Indonesia adalah negara yang luas dengan banyak pulau, jumlah penduduk yang besar dengan suku-suku yang dimiliki. Sedangkan Malaysia adalah negara kecil sehingga lebih mudah kami mengurus sesuatu. Jadi kejayaan Pak Harto lebih besar dibandingkan kejayaan di Malaysia.
Melihat (membandingkan) Indonesia tidak bisa sama dengan melihat Malaysia. Sama halnya melihat Malaysia dengan Singapura, karena Singapura hanya sebuah bandar (kota). Dengan demikian, mengelola sebuah negara yang kecil lebih mudah dibandingkan mengelola sebuah negara yang besar. Pak Harto berjaya menyelesaikan permusuhan pada penghujung pemerintahan Bung Karno sehingga hal itu dapat dikurangi. Walaupun masih ada yang tidak setuju dengan Pak Harto, tetapi tidak menyebabkan pertikaian, dan Pak Harto bisa berbicara (menyelesaikan melalui pembicaraan-pembicaraan) dengan baik.

MEREKA TAK INGIN NEGARA KITA MAJU

Setiap kali berjumpa Pak Harto, saya selalu merasa kami berbicara dari hati ke hati, berbincang sebagai sahabat. Masalah antara Indonesia dan Malaysia selalu ada tetapi masalah itu kecil-kecilan. Apabila ada masalah yang mengharuskan presiden dan perdana menteri turun tangan, maka selalu dibicarakan dengan baik sehingga masalah tidak menjadi besar dan membuat buruk hubungan kedua negara. Pak Harto menganggap Malaysia sebagai bangsa yang serumpun, begitu pula saya menempatkan Indonesia sebagai bangsa serumpun. Hanya karena sejarah yang membuat Indonesia dan Malaysia terpisahkan, namun sesungguhnya kedua bangsa berasal dari satu bangsa.
Dimana-mana, dalam hubungan dua negara selalu ada konflik. Secara geografis Malaysia berada di tengah-tengah di antara lima negara ASEAN. Dengan setiap negara, Malaysia memiliki masalah. Malaysia memiliki masalah dengan Thailand, Singapura, Philipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia, tetapi yang paling mudah diselesaikan adalah dengan Indonesia. Jadi saya merasa berutang budi terhadap Indonesia dan Pak Harto.
Pandangan orang asing dari negara-negara barat terhadap saya dan Pak Harto, tidak begitu baik. Seolah-olah mereka tidak ingin melihat hubungan baik kedua negara ini. Oleh karena itu kami mendapatkan kecaman-kecaman, antara lain dengan merusakkan perekonomian kedua negara. Sebagai contoh, bagaimana mata uang Indoensia dan Malaysia dijatuhkan sehingga ekonomi menjadi rusak. Indonesia dan Malaysia memiliki masalah yang sama. Hanya saja sebagai negara yang kecil, masalah di Malaysia lebih mudah diselesaikan, berbeda dengan Indonesia yang memiliki masalah yang lebih kompleks. Sebab itu, Indonesia-Malaysia selalu berhubungan untuk menyelesaikan masalah bersama-sama.

PAK HARTO SENGAJA DIJATUHKAN

Tekanan terhadap Pak Harto amat berat pada saat terjadi krisis mata uang di tahun 1998. Pak Harto mengatakan dirinya tidak bisa tidur. Karena pada saat itu sudah maju sehingga akhirnya Pak Harto menerima usulan IMF untuk campur tangan dalam penanganan keuangan dan ekonomi negara. Saya sangat sedih melihat gambar Michael Camdesus, Direktur IMF pada saat itu yang menunjukkan seolah-olah dia mendapat kekuasaan yang besar. Pak Harto tidak dapat menolak karena tekanan sangat besar. Saya tidak bisa melupakan peristiwa itu dan sangat sedih karenanya.
Ketika krisis ekonomi melanda Asia Tenggara, saat itu mata uang Malaysia juga jatuh lebih dari separtuhnya, dari RM 25 per US $ menjadi RM 5 per 1 US $. Sedangkan Indonesia jatuh dari Rp. 2.500 per 1 US $ menajdi Rp. 16.000 per 1 US $, sehingga menyebabkan Indonesia sangat miskin yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran. Semuanya menyalahkan Pak Harto, padahal kondisi itu terjadi bukan karena Pak Harto, sementara Malaysia juga sibuk mencari jalan keluarnya sendiri. Siapapun yang menghadapi masalah tersebut, pasti tidak akan bisa menyelesaikan. Apalagi pada waktu itu semua menyalahkan Pak Harto sehingga komnunikasi tidak bisa dilakukannya.
Saya berkesimpulan bahwa badai perekonomian yang melanda Asia Tenggara pada tahun 1998 itu memang dirancang untuk menjatuhkan pemerintahan Pak Harto. Sehartusnya Pak Harto yang telah memerintah dengan bijak dan berhasil membawa kemajuan bagi Indoensia dan ASEAN, tidak pantas mendapat perlakuan seperti itu. Di ASEAN, Pak Harto memainkan peranan yang sangat penting. Para pemimpin negara ASEAN mendudukkan Pak Harto sebagai orang tua. Kejatuhan Pak Harto merupakan kerugian yang besar di Asia Tenggara karena beliau sangat dihormati oleh para pemimpin Asean lainnya.

LUKISAN WAYANG YANG ISTIMEWA

Saya dan Pak Harto selalu bertukar cendera mata setiap kali bertemu. Saya senang sekali ketika mendapat kenangan lukisan wayang kulit, ini tidak ada dimanapun, bagus sekali. Saya juga mengikuti cara Pak Harto yang menyimpan rapi semua kenanagan dari kepala-kepala negara sahabat di Museum Purna Bahakti Pertiwi. Hadiah-hadiah yang pernah saya terima bukanlah untuk diri sendiri, melainkan untuk seluruh rakyat Malaysia. Saya kumpulkan hadiah-hadiah tersebut dan meletakkanya di museum.
Kadangkala Pak Harto mengetengahkan peribahasan Jawa dalam pembicaraan empat mata. Kami tertawa bersama. Pask Harto senang makan gudeg, saya pun suka gudeg. Makan bersama pun sering dilakukan. Hubungan pribadi ini memberikan dampak positif kepada hubungan kedua negara. Pak Harto adalah seorang Presiden dari sebuah negara yang besar, tetapi dirinya tidak pernah lupa bahwa antara dua buah negara adalah serumpun bangsa sehingga tidak ingin bermusuhan. Saya merasa terhormat dapat diterima Pak Harto sebagai sahabat.
Setiap pemimpin memiliki kekurangan dan kelebihan, tetapi sebagai sebuah bangsa kita tidak boleh melupakan kejayaan yang telah berhasil dicapai oleh sebuah kepemimpinan. Bagaimana Pak Harto menempatkan Bung Karno sebagai tokoh proklamasi yang membawa Indonesia merdeka, itu tidak terlupakan. Begitu seharusnya yang diberlakukan terhadap Pak Harto.

KUNCI SUKSES PAK HARTO

Saya juga menyaksamai upaya Pak Harto mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila sebagai idiologi bangsa. Setiap negara memiliki nilai-nilai kebangsaan dan jatidiri yang harus dipertahankan. Malaysia mengikuti apa yang dilakukan Pak Harto, yakni dengan adanya rukun negara. Kami mencontoh Indonesia. Setiap negara memerlukan sebuah pegangan yang menjadikan kita semua memiliki komitmen yang sama terhadap pegangan itu, sehingga sebuah bangsa bisa bersatu dalam suatu negara.
Saya mengetahui beberapa hal yang menjadikan kunci sukses Pak Harto di dalam memimpin dan membangun Indonesia. Yaitu, Pak Harto memiliki ketegasan dan beliau sangat paham terhadap berbagai masalah dan hal-hal yang diperlukan oleh rakyat dan negara Indonesia. Memang ada pemimpin yang bisa tetapi tidak memahami keperluan negaranya. Sebagai contoh, mengenai demokrasi. Kita memerlukan demokrasi, tetapi demokrasi seperti di Barat tidak cocok untuk negara yang lain karena masing-masing negara memiliki kekhasan dan tidak dapat dipaksakan. Pak Harto amat memahami kebutuhan demokrasi di Indonesia. Itu sebabnya mengapa di bawah kepemimpinan Pak Harto, Indonesia bisa maju dari negara miskin menjadi negara berkembang.

[1]       Penuturan Tun Mahathir bin Mohamad sebagaimana dikutip dari Buku “Pak Harto The Untold Stories”, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002).
[2]       Dr. Tun Mahathir bin Mohamad lahir 20 Desember 1925 di Alor Star, Kedah. Bapak dari dua orang putra dan seorang putri ini rajin menulis artikel politik di Sunday Times. Artikel-artikel tersebut kemudian dibukukan dengan judul The Malay Dilemma. Mulai aktif di UMNO tahun 1964, Tun Mahathir menjadi Deputi Perdana Menteri pada 1974 setelah sebelumnya menjabat Menteri Perdagangan dan Industri Malaysia.  Ia menjadi Perdana Menteri Malaysia pada 1981-2003. Kini Dr. Tun Mahathir memimpin Perdana Leadership Foundation yang terletak di Putrajaya, Malaysia.

PRESIDEN SOEHARTO MENINJAU LATIHAN TEAM THOMAS CUP

Presiden Soeharto Meninjau Latihan Team Thomas Cup

JUM’AT, 8 MEI 1970, Malam ini dengan didampingi oleh Ibu Tien, Presiden Soeharto meninjau pemusatan latihan Team Thomas Cup di Senayan, Jakarta. Dalam peninjauan itu Presiden sempat menyaksikan beberapa paetai pertandingan antara Rudi Hartono, Mulyadi dan Darmawan. Dlam dialog dengan para pemain, Presiden mengharapkan agar mereka berlatih dengan sebaik-baiknya

BIOGRAFI SINGKAT PAK HARTO

Written By PresidenIndonesiaku on Sabtu, 11 Mei 2013 | 09.56


BIOGRAFI

Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.

Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun, tetapi sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean. Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro lantas memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.

Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran.

Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.

Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).

Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998.

Setelah dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, mantan presiden Soeharto akhirnya meninggal dunia pada Minggu, 27 Januari 2006). Soeharto meninggal pada pukul 13.10 siang dalam usia 87 tahun.

(Dari Berbagai Sumber)

 

GEBRAKAN PAK HARTO MENYEHATKAN IBU DAN ANAK


Gebrakan Pak Harto Menyehatkan Ibu dan Anak


Kesehatan ibu dan anak masih menjadi masalah di Indonesia. Padahal, dulu Pak Harto telah mengembangkan Posyandu yang diakui berhasil memberi kehidupan yang lebih baik bagi ibu dan anak.
KEPALA Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sonny Harry Budiutomo Harmadi mempunyai kabar tak baik. Awal tahun ini (2012), dia mengatakan bahwa setengah dari sekitar 260 ribu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Indonesia kini tak aktif lagi. Menurut Sonny, kurangnya dukungan politik, pendanaan, dan minimnya sukarelawan menyebabkan hal itu.
“Zaman sudah berubah. Orang-orang kini tak bangga lagi menjadi sukarelawan Posyandu,” kata Sonny seperti dikutip The Jakarta Globe.
23 Gebrakan Pak Harto Menyehatkan Ibu dan Anak
Komitmen Pak Harto Terhadap Ibu dan Anak
Padahal, Posyandu menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan penyakit, khususnya pada ibu dan anak. Apalagi, metode pencegahan kini dijadikan prioritas ketimbang penyembuhan oleh Kementerian Kesehatan. Namun demikian, Kementerian Kesehatan seolah melupakan Posyandu dan membiarkannya berjalan tanpa arahan dan dukungan.
Dikembangkan atas prakarsa Presiden Soeharto pada 1984, Posyandu dulu pernah menjadi kebanggaan rakyat. Setiap bulannya, rakyat berbondong-bondong mendatangi Posyandu yang dikelola berbasiskan komunitas. Tenaga sukarelawan kesehatan di Posyandu—yang telah mendapatkan pelatihan dari dinas kesehatan setempat—memberikan panduan kesehatan bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu, Posyandu juga memberi vaksinasi dan makanan suplemen kepada bayi dan balita. Posyandu juga menjadi media deteksi dini kasus-kasus malnutrisi dan kekurangan gizi pada bayi dan balita.
Gebrakan Pak Harto lewat Posyandu memang menunjukkan hasil signifikan. Survei Demogarafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 390 kematian per 100.000 kelahiran pada 1990 menjadi 228 kasus pada 2007. Angka kematian bayi menurun dari 70 kematian per 1.000 bayi lahir pada 1986 menjadi 34 pada 2007. Demikian pula angka kematian balita, yang menurun dari 69 kematian per 1.000 kelahiran pada 1993 menjadi 44 pada 2007. Prestasi tersebut bahkan membuat Honduras mengadopsi konsep Posyandu dan malah mengembangkannya lebih baik daripada Indonesia saat ini.
Hari ini, Posyandu memang tampak tak begitu efektif daripada sebelumnya. Perkembangannya sepertinya mengalami perlambatan.
Ini terlihat pada data SDKI 2007. Meskipun angka kematian ibu terus menurun, perkembangan rerata angka kematian bayi baru lahir justru melambat. Sejak 2003 hingga 2007, angka kematian bayi hanya berkurang satu dari 35 kematian per 1.000 kelahiran menjadi hanya 34 pada 2007. Ini perkembangan paling lambat sejak 2000. Sementara itu, angka kematian balita hanya turun dua, dari 46 kematian per 1.000 kelahiran pada 2000 menjadi hanya 44 pada 2005. Lagi-lagi angka perkembangan terlambat sejak 2000.

Kepemimpinan Pak Harto dalam Kesehatan Ibu Dan Anak

MENURUT Jeremy Shiffman dari American Public Health Association—dalam artikel “Generating Political Priority for Maternal Mortality Reduction in 5 Developing Countries” yang dimuat dalam American Journal of Public Health—keberhasilan Pemerintah Orde Baru menurunkan angkan kematian ibu dan anak didorong oleh apa yang dia sebuah sebagai “political entrepreneurship” yang dimiliki Pak Harto. Shiffman menulis Pak Harto memimpin langsung kampanye kebijakan, menambah anggaran untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, dan memobilisasi pemerintah provinsi serta kabupaten/kota untuk memerhatikan masalah yang sama.
Selama kepemimpinan Pak Harto, Puskesmas dan Posyandu menjadi ujung tombak sekaligus implementasi program di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan dan Posyandu yang tersebar hingga desa terpencil berhasil menekan angka kematian bayi, mengendalikan penyebaran penyakit menular, dan memperbaiki kondisi kesehatan masyarakat.
Puskesmas yang digagas Bung Karno berkembang pesat di era Pak Harto. Melalui program Inpres Sarana Kesehatan pada 1994 hingga 1995 telah 6.984 unit Puskesmas, 20.477 unit Puskesmas Pembantu, dan 3.794 unit Rumah Dinas untuk dokter di daerah terpencil pun berdiri.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis, Pak Harto mengupayakan penempatan dokter di daerah-daerah tertinggal yang dikenal dengan program dokter Inpres Desa Tertinggal (IDT). Pada 1994-1995 telah ditempatkan lebih dari 3.000 dokter PTT dan 800 dokter gigi PTT. Jumlah tersebut terus meningkat untuk tahun-tahun berikutnya.
Gebrakan menarik lain adalah pengadaan bidan ketika akseptor dan calon akseptor Keluarga Berencana (KB) sernakin merebak di berbagai pelosok desa dan tidak bisa lagi dilayani dokter, karena padukuhan tempat tinggal mereka jauh dari Puskesmas. Memperhatikan kondisi demikian, Pak Harto menggelar Inpres Bidan (crash program pengadaan bidan) dengan membuka sekolah bidan di mana-mana dan dalam tiga tahun kebutuhan bidan terpenuhi.
Secara khusus, Posyandu menjadi pusat penyebaran informasi betapa pentingnya KB dan pelayanan kesehatan sebelum dan setelah persalinan. Posyandu mengajarkan warga bagaimana mengelola nutrisi yang baik, pakaian yang bersih, dan rumah yang sehat.
Namun seiring berjalannya waktu, kegiatan Posyandu yang awalnya begitu aktif digelar di kampung-kampung itu akhirnya semakin ditinggalkan. Kegiatan yang begitu kaya manfaat itu kini harus mati suri.
Dugaan muncul, bahwa kegiatan Posyandu mengalami penurunan karena terpengaruhi oleh situasi politik pasca 1998. Sebagaimana kita ketahui, ketika reformasi bergulir, segala yang berbau Orde Baru pun ikut ditinggalkan meskipun positif, termasuk Posyandu.
Selain itu, tampaknya era desentralisasi—yang disebut otonomi daerah—juga menjadi salah satu pemicu penurunan aktivitas posyandu. Kebijakan pelayanan kesehatan kini sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah. Sedangkan kemampuan dan kesadaran pemerintahan daerah terhadap pelayanan kesehatan, termasuk dalam masalah Posyandu tidak sama. Hal ini kemudian berakibat pada kecilnya persentase anggaran daerah (APBD) dalam masalah pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak.
Shiffman juga melihat faktor tersebut. Dia menulis ketika pada 1998 terjadi desentralisasi, tak ada lagi prioritas pada kebijakan kesehatan ibu dan anak. Kapasitas Pemerintah Pusat untuk mengarahkan pemerintah daerah melemah. Kini pemerintah daerah lebih suka memfokuskan sumberdaya yang ada kepada hal-hal populis—yang bisa memberi mereka suara dalam pemilu—seperti pembangunan jalan.

Posyandu Harus Direviltalisasi

Meskipun terkendala sejumlah persoalan di atas, Posyandu mutlak direvitalisasi karena beberapa hal berikut—yang sejatinya menjadi konsepsi dan pemikiran Pak Harto saat mengembangkan Posyandu.
Pertama, Posyandu membantu warga untuk tetap sehat sehingga pendapatan bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Terlebih lagi, mengurangi ketergantungan warga kepada Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tentu akan menghemat penggunaan anggaran negara.
Kedua, peran Posyandu sangat krusial ketika ketersediaan tenaga dokter masih belum memadai. Meskipun jumlahnya meningkat, dokter praktik umum tak tersebar secara merata. Rasio dokter per populasi antara kota dan desa sangatlah senjang, yakni 32 berbanding 6 per 100.000 populasi. Sebab, banyak dokter enggan bekerja di wilayah pedesaan, terkecuali pengorbanan yang mereka hadapi—kehilangan kesempatan dan penghasilan lebih tinggi di kota—dikompensasi dengan penghargaan yang pantas.
Ketiga, Posyandu mengurangi ketergantungan berlebihan masyarakat kepada penggunaan obat-obatan.
Untuk merevitalisasi Posyandu, Kementerian Kesehatan harus to mengkaji kembali konsep awal Posyandu. Konsep Posyandu adalah konsep kesehatan komunal, dimana warga di suatu wilayah secara kolektif bertanggung jawab terhadap kesehatan satu sama lain.
Kunci sukses Posyandu pada era kepemimpinan Pak Harto adalah kemampuan pemerintahannya melibatkan dan memobilisasi warga— baik sebagai subjek maupun objek pelayanan kesehatan— serta mengadaptasi proyek itu ke dalam konteks lokal.
Posyandu pada dasarnya bertujuan mengakomodasi kapasitas keuangan warga, mengintegrasikan pengetahuan komunitas, dan mengunakan segala sumberdaya lokal yang tersedia. Hasilnya, masyarakat yang berpartisipasi dalam proyek ini mampu mengidentifikasi masalah mereka dan mencarikan solusinya. Yang lebih penting, warga kemudian menjadi sadar akan manfaat Posyandu sehingga mereka secara sukarela bersedia untuk membantu agar Posyandu tetap ada di lingkungan mereka.
Posyandu sukses ketika itu karena kepemimpinan Pak Harto berinisiatif dan mampu mengembangkan inisiatif itu untuk mengatasi masalah lokal. Dan yang tak kalah penting, Pak Harto sangat menjaga kesinambungan dari setiap kebijakan yang ia jalankan.[]
Sumber:   Harian Pelita, 09 Oktober 2012 
                http://soeharto.co/jejak-langkah/




PAK HARTO DAN KETAHANAN PANGAN


Pak Harto dan Ketahanan Pangan

KEUNGGULAN program ketahanan pangan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto diakui oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono (2004-2009) dengan banyak mengadopsi program-program semasa Orde Baru. Anton mengaku, merasa berutang budi kepada Pak Harto karena tugas-tugasnya sebagai Menteri Pertanian saat itu hanya menyatukan kembali puing-puing yang berserakan yang telah dibangun Pak Harto. “Beliau telah meletakkan dasar-dasar pembangunan pertanian yang benar. Banyak program beliau yang bagus dan saya lanjutkan,” ujar Anton.
31 01 Foto Jejak Langkah 2 Presiden Suharto meresmikan jaringan irigasi Panatusan Tulung Agung Program Pertanian Era Pak Harto
Untuk Mendorong Produktivitas Pertanian Presiden Suharto Meresmikan Jaringan Irigasi Panatusan, Tulung Agung, 11 Maret 1983
Menurut Anton, setelah era Pak Harto, hampir tidak ada pembangunan waduk-waduk besar. Pak Harto juga membangun infrastruktur perbenihan, pengamatan, dan pengendalian hama. Banyak peninggalan Presiden Kedua Indonesia itu yang sangat bermanfaat bagi pembangunan pertanian selanjutnya. “Saya kagum terhadap beliau yang sangat paham masalah pertanian sehingga saya tidak ragu menyebut beliau Bapak Pembangunan Pertanian Indonesia.”
Menguatkan pendapat Anton, Menteri Pertanian Prof Bungaran Saragih (2001-2004) mengatakan Pak Harto menempatkan upaya memenuhi kebutuhan pangan pokok tanpa harus impor, sebagai fokus pembangunan di masa pemerintahannya. “Waktu itu, ada tekad yang kuat dari pemerintah untuk berswasembada beras.”
Pada masa Pak Harto, selain tekad yang kuat juga dikembangkan kebijakan dan penerapan program yang tepat dan konsisten. “Pak Harto membangun dan mengembangkan organisasi atau institusi yang akan menjalankan program-program tersebut.”
Selanjutnya, setelah memiliki tekad, kebijakan, program, dan organisisasi pelaksana dari pusat hingga ke daerah, Pak Harto menyediakan sumber daya manusia, yang relatif lebih pintar dengan menghasilkan sarjana-sarjana pertanian yang akan diterjunkan melaksanakan dan mendukung program tersebut, baik di lapangan maupun di lembaga-lembaga penelitian dan kampus. Pak Harto juga menyediakan sumber dana yang besar untuk menyukseskan program menuju swasembada pangan.
Pak Harto juga sukses memobilisasi masyarakat, terutama petani untuk bersama-sama meningkatkan produksi pertanian. “Kita beruntung saat itu mendapatkan benih unggul melalui program revolusi hijau saat itu. Pak Harto menangkap revolusi hijau dengan tekad, dirumuskan dan dituangkan dalam kebijakan dan program, dicetak melalui institusi, kemudian disediakan SDM dan dana serta mobilisasi masyarakat petani.”
Wakil Presiden M Jusuf Kalla (2004-2009) juga menilai Presiden Soeharto berjasa besar di bidang pembangunan ekonomi dan pertanian karena mampu menurunkan tingkat inflasi dari 650 persen menjadi 12 persen dalam beberapa tahun pertama kepemimpinannya. Selain itu, Pak Harto juga punya andil besar dalam pembangunan irigasi pertanian yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Bahkan sampai saat ini, kata Kalla, belum ada presiden yang mampu menandinginya.
“Itulah sumbangan terbesar dalam pembangunan ekonomi, selain membuat Indonesia ini dapat berswasembada pangan karena belum ada presiden yang dapat membangun saluran irigasi pertanian sebesar yang dibangun Pak Harto,” kata Kalla.

Program Pertanian era Pak Harto

MENGAWALI masa pemerintahannya pada 1966, Presiden Soeharto memprioritaskan sektor agraria dan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengarah pada revolusi pangan. Hal ini ditempuh karena kemiskinan dan kelangkaan pangan menjadi prahara sekaligus pemantik munculnya konflik dan krisis politik yang melanda Indonesia yang masih belia saat itu.
Sepanjang 1970-an hingga 1980-an dilakukan investasi besar-besaran untuk infrastruktur pertanian. Sejumlah waduk, bendungan, dan irigasi dibangun. Pada Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), swasemabda pangan merupakan fokus tersendiri dalam rencana pembangunan yang dibuat oleh Pak Harto. Di dalam Pelita I Pertanian dan Irigasi dimasukkan sebagai satu bab tersendiri dalam rincian rencana bidang-bidang. Di dalam rincian penjelasan dijelaskan bahwa tujuannya adalah untuk peningkatan produksi pangan terutama beras.
Pada masa pemerintahan Pak Harto juga dikembangkan institusi-institusi yang mendukung pertanian, mulai dari koperasi yang melayani kebutuhan pokok petani dalam usaha agribisnisnya, Bulog yang menampung hasil dari petani, institusi penelitian seperti BPTP yang berkembang untuk menghasilkan inovasi untuk pengembangan pertanian yang pada masa Pak Harto salah satu produknya yang cukup terkenal adalah Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), hingga berbagai bentuk kerjasama antar lembaga yang terkait penyediaan sarana prasaran yang mendukung pertanian seperti irigasi dan pembangunan pabrik pupuk.
Penyediaan sarana penunjang, seperti pupuk, diamankan dengan membangun pabrik-pabrik pupuk. Para petani dimodali dengan kemudahan memperoleh kredit bank. Pemasaran hasil panen mereka dijamin dengan kebijakan harga dasar dan pengadaan pangan. Diperkenalkan juga manajemen usaha tani, dimulai dari Panca Usaha Tani, Bimas, Operasi Khusus, dan Intensifikasi Khusus yang terbukti mampu meningkatkan produksi pangan, terutama beras. Saat itu, budi daya padi di Indonesia adalah yang terbaik di Asia. Pemerintah memfasilitasi ketersediaan benih unggul, pupuk, pestisida melalui subsidi yang terkontrol dengan baik. Pabrik pupuk dibangun. Petro Kimia Gresik di Gresik, Pupuk Sriwijaya di Palembang, dan Asean Aceh Fertilizer di Aceh.
Teknologi pertanian diperkenalkan dan disebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan penyuluhan. Pemerintah menempatkan para penyuluh pertanian di tingkat desa dan kelompok petani. Selain program penyuluhan, kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, pemirsa), juga menjadi salah satu program pertanian Orde Baru yang khas, karena menyuguhkan temu wicara langsung antara petani, nelayan, dan peternak dengan menteri atau Presiden Soeharto langsung. Kelompencapir juga menyelenggarakan kompetisi cerdas cermat pertanian yang diikuti oleh para petani berprestasi dari berbagai daerah.

Swasembada Beras

Program kerja pertanian Pak Harto berbuah prestasi. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraria pengimpor beras terbesar pada 1966, mampu mencukupi kebutuhan pangan di dalam negeri melalui swasembada beras pada 1984. Pada 1969 Indonesia memproduksi beras sekitar 12,2 juta ton beras, sementara pada 1984, bisa mencapai 25,8 juta ton beras.
Kesuksesan ini mengantarkan Pak Harto diundang berpidato di depan Konferensi ke-23 FAO (Food and Agriculture Organization) /Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia), di Roma, Italia, 14 November 1985. [Sumber: Jurnal Diplomasi Vol. 3 No. 3 September 2011, Pusdiklat Kementerian Luar Negeri RI]

FOTO-FOTO PAK HARTO BERTATAP MUKA DENGAN RAKYAT

  
  
 

Sumber :: http://soeharto.co/untold-stories/

KABINET REPELITA VII (1997-1998)


Kabinet Pembangunan VII


Pada 21 Mei 1998, setelah tekanan politik besar dan beberapa demonstrasi, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di televisi Indonesia.
Kabinet Pembangunan VII adalah kabinet pemerintahan Indonesia yang dibentuk pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie yang masa jabatannya paling singkat (16 Maret 1998-21 Mei 1998). Masa bakti kabinet ini seharusnya berakhir pada tahun 2003, namun karena terjadi demonstrasi mahasiswa dankerusuhan massal 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang berujung pada pengunduran diri Soeharto dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan diangkatnya B.J. Habibie sebagai pejabat presiden dalam situasi darurat, mengakibatkan kabinet ini menjadi demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan Indonesia dilanjutkan oleh Kabinet Reformasi Pembangunan.
Adapun Catur Krida Kabinet Pembangunan VII adalah sebagai berikut:
  • Pertama, trilogi pembangunan. Yakni stabilitas nasional, pertumbuhan dan pemerataan, sebagai landasan kebijaksanaan pembangunan yang sudah teruji selama ini dan telah kita laksanakan.
  • Kedua, kemandirian. Yakni melepaskan diri dari ketergantungan pada pihak lain dan percaya atas kemampuan sendiri, akan sanggup menghadapi segala gejolak yang timbul akibat globalisasi.
  • Ketiga, ketahanan nasional. Dari kemandirian, kebersamaan, dan kekeluargaan itulah tumbuh ketahanan nasional. Yaitu keuletan dan ketangguhan bangsa kita menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.
  • Keempat, persatuan dan kesatuan. Keduanya akan memperkokoh ketahanan nasional dalam menjamin kelangsungan hidup dalam bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Susunan

Susunan Kabinet Pembangunan VII adalah sebagai berikut:

[sunting]Menteri departemen

No.JabatanNama
1Menteri Dalam NegeriR. Hartono
2Menteri Luar NegeriAli Alatas, SH
3Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRIWiranto
4Menteri KehakimanMuladi
5Menteri PeneranganMuhammad Alwi Dahlan
6Menteri KeuanganFuad Bawazier
7Menteri Perindustrian dan PerdaganganMohammad Hasan
8Menteri PertanianJustika Baharsjah
9Menteri Pertambangan dan EnergiKuntoro Mangkusubroto
10Menteri Kehutanan dan PerkebunanSumahadi
11Menteri Pekerjaan UmumRachmadi Bambang Sumadhijo
12Menteri PerhubunganGiri Suseno Hadihardjono
13Menteri Pariwisata, Seni, dan BudayaAbdul Latief
14Menteri Koperasi dan Pengusaha KecilSubiakto Tjakrawerdaya
15Menteri Tenaga KerjaTheo L. Sambuaga
16Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah HutanAM Hendropriyono
17Menteri Pendidikan dan KebudayaanWiranto Arismunandar
18Menteri KesehatanFaried Anfasa Moeloek
19Menteri AgamaMuhammad Quraish Shihab
20Menteri SosialSiti Hardijanti Rukmana

[sunting]Menteri negara

No.JabatanNama
21Menteri Negara Sekretaris NegaraSaadillah Mursjid
22Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPTRahardi Ramelan
23Menteri Negara Investasi/Kepala BKPMSanyoto Sastrowardoyo
24Menteri Negara Agraria/Kepala BPNAry Mardjono
25Menteri Negara Perumahan Rakyat dan PemukimanAkbar Tanjung
26Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala BapedalJuwono Sudarsono
27Menteri Negara Pangan, Hortikultura dan Obat-obatanHaryanto Dhanutirto
28Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik NegaraTanri Abeng
29Menteri Negara Peranan WanitaTuty Alawiyah
30Menteri Negara Pemuda dan Olah RagaAgung Laksono

[sunting]Menteri negara koordinator

No.JabatanNama
31Menteri Negara Koordinator Bidang Politik dan KeamananFeisal Tanjung
32Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri/Kepala BappenasGinandjar Kartasasmita
33Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur NegaraHartarto Sastrosoenarto
34Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan/Kepala BKKBNHaryono Suyono

[sunting]Pejabat setingkat menteri

No.JabatanNama
35Jaksa AgungSoedjono C. Atmonegoro
36Gubernur Bank IndonesiaSyahril Sabirin

[sunting]Pengunduran diri massal

Selain tekanan demonstrasi massa, juga akibat mundurnya 14 menteri menyusul Abdul Latief dari jabatannya sebagai menteri Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya. Menteri-menteri tersebut mengundurkan diri pada malam hari 20 Mei 1998, pukul 20.00 WIB melalui surat yang diterima Yusril Ihza Mahendra yang diteruskan kepada Mensesneg saat itu, Saadilah Mursyid. Surat tersebut berbunyi:
Hal: Pembentukan Kabinet Baru Jakarta 20 Mei 1998 Kepada Yth. Bapak Presiden RI
Dengan hormat
Bersama surat ini dengan hormat kami laporkan bahwa setelah melakukan evaluasi terhadap situasi akhir-akhir ini terutama di bidang ekonomi, kami berkesimpulan bahwa situasi ekonomi kita tidak akan mampu bertahan lebih dari 1 (satu) minggu apabila tidak diambil langkah-langkah politik yang cepat dan tepat sesuai dengan aspirasi yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat khususnya mengenai reformasi di segala bidang, seperti antara lain yang direkomendasi oleh DPR-RI dengan pimpinan fraksi-fraksi pada hari selasa, 19 Mei 1998.
Dalam hubungan itu kami bersepakat bahwa langkah pembentukan kabinet baru sebagaimana yang bapak rencanakan tidak akan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami secara pribadi-pribadi menyatakan tidak bersedia diikutsertakan dalam kabinet baru tersebut.
Sebagai anggota Kabinet Pembangunan VII kami akan tetap membantu sepenuhnya pelaksanaan tugas yang Bapak emban dalam menyukseskan Catur krida Kabinet Pembangunan VII. Atas perhatian dan perkenan Bapak kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
  1. Ir. Akbar Tanjung
  2. Ir. Drs. AM. Hendropriyono, SH, SE, MBA
  3. Prof. Dr. Ir. Ginanjar Kartasasmita
  4. Ir. Giri Suseno Hadihardjono, MSME
  5. Dr. Haryanto Dhanutirto
  6. Prof. Dr. Ir. Justika S. Baharsjah, M.Sc
  7. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, M.Sc
  8. Ir. Rachmadi Bambang Sumadhijo
  9. Prof. Dr. Ir. Rahadi Ramelan, M.Sc
  10. Subiakto Tjakrawedaya, SE
  11. Sanyoto Sastrowardoyo, M.Sc
  12. Ir. Sumahadi, MBA
  13. Drs. Theo L. Sambuaga
  14. Tanri Abeng, MBA.

Visitor Blog

Web Site Traffic Tracking

Flag Counter
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Presiden Indonesiaku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger